22 Agustus, 2009

Metode Konstruksi Jembatan SuraMadu

Setelah selesai UAS trimester 3 ini, saya mencoba mencari bahan yang menarik untuk di bahas, dan kalo bisa bahasan itu, ya masih berhubungan dengan teknik sipil. (biar ga nyari informasi yang ga karuan ehheeh.). Kali ini mungkin "enak" juga kalo kita ngebahas tentang Metode Konstruksi Jembatan Suramadu. sebelumnya pasti kita tahu siapa sih "Si SuraMadu Bridge" ini, jembatan pertama Indonesia yang telah menghubungkan 2 pulau yaitu Jawa dan Madura yang terpisah oleh selat madura. Jembatan yang dimulai proyek pembangunanya pada tahun 2002 dan telah dirampungkan tanggal 6 Juni 2009 dan di resmikan tanggal 10 Juni 2009 ini memiliki kebanggaan tersendiri bagi bangsa Indonesia. Di asia tenggara sendiri jembatan SuraMadu menempati posisi jembatan terpanjang ke 3 dengan total panjang 5,438 Km setelah "Penang Bridge" di Malaysia yang memiliki panjang 13,5 Km dan "Mawlamyaing Bridge" di Burma yang memiliki panjang 6,6 Km. nah itu mungkin sedikit pengenalan tentang si "SuraMadu Bridge". Sekarang kita coba lihat Metode Konstruksi Jembatan Suramadu
Metode Konstruksi Bentang Tengah, prosesnya cukup rumit dan kompleks. Sebuah aktivitas di tengah laut yang butuh kejelian dengan tetap memperhatikan keselamatan kerja.

Metode konstruksi merupakan suatu tahapan pelaksanaan pekerjaan pada proses konstruksi. Di Proyek Pembangunan Jembatan Suramadu terdapat dua metode konstruksi. Metode konstruksi cable stayed dan metode konstruksi approach bridge.

cable stayed adalah jembatan yang menggunakan kabel-kabel berkekuatan tinggi sebagai penggantung yang menghubungkan gelagar dengan menara
ini contoh gambar jembatan dengan cable stayed
approach Bridge adalah jembatan yang menghubungkan jembatan utama dengan jalan layang atau di sebut jembatan penghubung

Concreate Box Girder

metode yang paling cocok untuk bentang panjang 120 meter ini adalah balance cantilever. maka diperlukanlah Concreate box Girder. Metode pengecoran box girder adalah menggunakan form traveller, yang terdiri dari sistem trust stimuler utama, sistem bottom basket, sistem suspensi, sistem form work, sistem anchoring dan sistem gerak.

concrate1 concrate2

concrate3 concrate4


Sistem form work terdiri dari side formwork, inner form work dan diafragma formwork. Formwork siap digunakan setelah seluruh kegiatan perangkaian selesai. Proses semifinish rebar dilakukan di stockyard dan proses finalisasi rebar dilakukan di lokasi pekerjaan. Penempatan rebar dilakukan beriringan langkah demi langkah dengan proses formwork dan pengecoran. Proses penempatan rebar dilakukan setelah formwork terpasang.

Pengecoran segmental box girder yang akan digunakan adalah pengecoran cast insitu. Pengecoran rebar dilakukan setelah rebar dan duct terpasang dengan baik. Pengecoran dilakukan dengan menggunakan concrete pump dengan bantuan pipa.


Pekerjaan stressing adalah pekerjaan yang sangat penting untuk pekerjaan bentang panjang yang kontinyu.

Pekerjaan V - Pier

vpier_1vpier_2vpier_3vpier_4


Pada review desain Pier 42 dan Pier 45 berbentuk V, V - Pier merupakan rigid frame dan mempunyai panjang deck longitudinal sepanjang 32 m. V - pier digunakan sebagai tumpuan balance cantilever approach bridge dan cable stay Main Span, karena itu pekerjaan V - Pier menjadi pekerjaan yang krusial.

Pier Table

pier_table_iTahap - tahap pekerjaan pier table adalah pemasangan concrete box bagian bawah rencana Pier table pemasangan horisontal IWF suport dan vertikal IWF support pemasangan side formwork, inner formwork dan bottom formwork.

Side formwork akan didukung steel trust sedangkan inner formwork akan didukung oleh portal bracing. Formwork frame dibentuk dari berbagai kombinasi bentuk baja dan plat. Pekerjaan pemotongan dan pembengkokan rebar akan dilakukan di stock yard sesuai dengan spesifikasi yang dipersyaratkan. Proses finalisasi perakitan dilakukan dilokasi pekerjaan. Pengecoran pier table dilakukan dalam dua kali pengecoran, bottom slab dan sebagian web akan dicor terlebih dahulu sedangkan top slab dan sebagian web sisanya akan dicor pada pengecoran ke dua.


Pekerjaan stressing vertikal akan dilakukan setelah pekerjaan pier table memenuhi kekuatan yang dipersyaratkan.

pier_table_123

pier_table_456

pier_table_789


Pier Cap dan Pier Work


Seluruh persiapan untuk pekerjaan form work dilakukan di stock yard, balok IWF steel plat dan balok kayu dipindahkan dari stock yard ke ponton material pembuatan form work untuk pile cap diangkut dari dermaga Gresik menuju lokasi pile cap dengan menggunakan ponton form work ponton. Seluruh bahan penyusun beton dibawa menuju ke ponton baching plan.

Tahap - tahap pekerjaan pembuatan form work pile cap adalah :

  • Pemasangan steel plat yg diklem yg digunakan sebagai dudukan steel support. Pemasangan balok penyangga searah longitudinal balok jembatan dan balok penyangga arah transversal jembatan sebagai penerus beban dari balok penyangga dengan baja IWF.
  • Pemasangan balok bottom formwork dan multiplek. skirting panel dipersiapkan selain sebagai bagian dari pile cap juga digunakan sebagai side form work.
  • Skirting panel merupakan segmental precast concrete. pemasangan rebar dilakukan setelah proses instalasi botom dan side form work selesai perangkaian rebar dari semi finis menjadi fix di lokasi pekerjaan pile cap.
  • Rebar pertama dipasang untuk pengecoran beton pertama setinggi 0.5 meter.

pier_cap_123

pier_cap_45

pier_cap_67

Setelah beton cukup kuat pemasangan rebar dilanjutkan ke tahap berikutnya. Penulangan beton pertama setinggi 0.5 meter, dilakukan setelah bottom form work, side form work dan rebar terpasang. Beton setinggi 0.5 meter selain digunakan sebagai penahan untuk tahap pengecoran selanjutnya juga, digunakan sebagai tumpuan pemasangan skirting panel.

Metode pengecoran beton yang digunakan adalah dengan menggunakan pipa. Saat pengecoran, beton tidak boleh dijatuhkan dari ketinggian lebih dari 150 cm. Pemasangan climbing form dimulai dari pemasangan bottom formwork dilanjutkan side formwork pada keempat sisi.


Setelah beton mencapai kekuatan yang dipersyaratkan climbing form dapat dipindahkan ke segment selanjutnya. pekerjaan ter-sebut diulang sampai pada tinggi pier yg ditentukan. Penempatan rebar dilakukan beriringan langkah demi langkah dengan proses form work dan pengecoran setelah form work terpasang. Pekerjaan tahap pertama rebar dilanjutkan dengan pekerjaan pengecoran. Begitu seterusnya hingga ketinggian yang ditentukan. Pengecoran beton untuk pier dilakukan dalam beberapa tahap tergantung pada ketinggian pier.

Tinggi pengecoran maksimum dengan menggunakan climbing form adalah 4 meter. Pengecoran pertama dilakukan setinggi 50 cm. pengecoran selanjutnya dilakukan dengan tinggi yang bervariasi begitu seterusnya sampai pada ketinggian yang ditentukan.


Metode Konstruksi Cable Stayed


Pelaksanaan Pekerjaan Platform

Platform merupakan konstruksi pendukung sementara yang berfungsi sebagai tempat untuk menginstalasi batching plan, menyimpan material seperti tiang pancang serta sebagai tempat bagi berbagai aktivitas di tengah laut selama kegiatan konstruksi berlangsung.

Pelaksanaan Pekerjaan Bored Pile
  • Pemasangan Casing Baja.
  • Pengeboran sampai kedelaman yang diinginkan.
  • Pemasangan tulangan Pengecoran lubang bored pile dengan beton.

Pelaksanaan Pekerjaan Pile Cap

  • Setelah pekerjaan bored pile selesai dikerjakan, semua komponen platform yang menumpu ke steel casing di bongkar.
  • Caisson baja yang berfungsi sebagai bekisting bawah pile cap kemudian dipasang.
  • Pengecoran lapisan sealing concrete untuk menahan masukkan air laut ke pile cap Pemasangan tulangan pile cap.
  • Pengecoran beton pile cap yang dilakukan tiga lapis.

Pelaksanaan Pekerjaan Pylon

  • Konstruksi dasar pylon dan lengan bawah dari pylon.
  • Instalasi elevator pada pylon.
  • Konstruksi balok pengikat pylon bagian bawah.
  • Konstruksi lengah pylon di tengah.
  • Konstruksi balok pengikat tengah.
  • Konstruksi lengan atas pylon.
  • Konstruksi balok pengikat atas.


Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Atas

  • Pemasangan struktur bantu sementara di atas pile cap.
  • Pemasangan segmen girder baja pertama dengan crane barge, hubungan antara segmen dengan pylon dibuat tetap (fix) untuk sementara.
  • Pemasangan cantilever crane pada lantai jembatan untuk mengakat segmen berikutnya.
  • Pemasangan girder baja dengan mneggunakan cantilever crane diikiti dengan penenganan kabel.
  • Pemasangan pelat lantai jembatan pada segmen pertama dan kedua dilanjutkan dengan pengecoran sambungan.
  • Pemasangan girder baja selanjutnya dengan menggunakan cantilever crane diikuti dengan peregangan kabel. Pada saat bersamaan dipasang pilar sementara di dekat pilar V.
yah itu mungkin sedikit informasi dari metode konstruksi Jembatan suramadu dan yang di atas baru awal konstruksi dari jembatan.

sumber : http://www.suramadu.com





14 Agustus, 2009

Pembangunan Jembatan Selat Sunda Butuh Rp100 Triliun


Jakarta, (tvOne)

Artha Graha Network melalui PT Bangungraha Sejahtera Mulia merampungkan studi kelayakan awal (pra feasibility study, pra FS) Jembatan Selat Sunda yang hasilnya untuk pembangunannya butuh Rp100 triliun.

"Kami mengharapkan setelah pra-FS dibuat pemerintah segera membuat payung hukum untuk memulai pembangunan mega proyek ini," kata Gubernur Banten, Ratu Atut Chosiyah di Jakarta, Kamis.
Senada dengan Gubernur Banten, juga disampaikan Gubernur Lampung Sjachroedin ZP yang mengatakan, kondisi lalu lintas yang dilayani Pelabuhan Bakauheni dan Merak sudah terlalu padat sehingga kehadiran jembatan sangat dibutuhkan.
Menurutnya seperti dikutip Antara, saat ini saja tercatat 3.500 kendaraan, 35.000 orang, serta 20 juta ton batu bara yang melewati kedua pelabuhan, bahkan apabila terjadi gangguan di laut maka antreannya dapat mencapai 10 kilometer.

"Tidak dapat dibayangkan kondisi 10 tahun ke depan seandainya jembatan belum juga direalisasikan sehingga 10 Gubernur se-Sumatra memasukannya ke dalam empat rekomendasi yang harus dilaksanakan pemerintah," ujar Sjachroedin. Dia mengatakan, 60 persen ekspor nasional berasal dari Sumatra, 40 persen gula berasal dari Lampung, kalau ditambah dengan Jambi dan Palembang sudah mencapai 50 persen lebih.

Atut mengatakan, Pemerintah Provinsi siap memberikan dukungan seandainya pemerintah mengeluarkan payung hukum diantaranya dengan membuatkan payung hukum misalnya dalam bentuk Perpres dan sebagainya.

Hasil Pra-FS yang berhasil dirampungkan Artha Graha Network yang dipimpin Tommy Winata diserahkan kepada kedua gubernur Banten dan Lampung, untuk kemudian diserahkan pemerintah pusat.

Hadir dari pemerintah pusat, Menteri Negara Perencana Pembangunan Nasional/Ketua Bappenas Paskah Suzetta, Dirjen Bina Marga Hermanto Dardak mewakili Menteri PU, dan wakil dari Menko Perekonomian.

Sementara Tommy Winata mengatakan, pihaknya tidak mempertimbangkan soal keuntungan dalam pembuatan Pra FS. Namun apabila tidak ada yang memulai melakukan studi maka Jembatan Selat Sunda tidak kunjung direalisasikan,.

"Kalau dari hitung-hitungan bisnis yang bagaimanapun tidak akan untung membuat studi semacam ini, tetapi kalau tidak ada yang memulai maka siapa yang akan membangun jembatan ini," tuturnya.

Pembuatan Pra FS jembatan Selat Sunda berawal ditandatanganinya Memorandum of Agreement (MoA) pada 3 Oktober 2007 dengan mengikutsertakan konsultan terkenal Prof. Dr. Wiratman Wangsadinata.

Menurutnya, masih membutuhkan studi lebih dalam lagi untuk menentukan struktur terbaik dari jembatan terpanjang di dunia karena kalau jadi dibangun memiliki panjang lebih dari 30 kilometer. "Bentang tengah terpanjang di dunia saat ini mencapai 2.200 meter, dalam Pra FS Jembatan Selat Sunda punya bentang tengah mencapai 3800 meter," ujarnya.

Dalam studi lebih lanjut masih harus dilihat potensi gempa di kawasan itu, harus dipertimbangkan adanya patahan yang memang ada kemudian juga Gunung Krakatau yang masih aktif, jelasnya. Potensi gempa itu nantinya untuk melihat kekuatan struktur yang akan dibangun. Semuanya sebenarnya dapat diukur sebelum ditawarkan kepada investor yang berminat mengerjakannya.

Wiratman juga tidak memungkiri kemungkinan membangun terowongan karena dari segi biaya juga sama tinggal dicari mana dari keduanya yang lebih memberikan jaminan keselamatan. Sedangkan Menteri Negara Perencana Pembangunan Nasional/Ketua Bappenas Paskah Suzetta mengatakan, dukungannya dengan diselesaikannya pembuatan Pra-FS Jembatan Selat Sunda.

Dia mengatakan, kebutuhan pembangunan infrastruktur di Indonesia mencapai Rp1,6 biliun atau 3,5 persen dari PDB, namun kemampuan anggaran pemerintah hanya 30 persen atau sekitar Rp450 triliun.

Sehingga masih ada kesenjangan sangat besar di atas Rp1 biliun, idealnya kesenjangan harus ditutup agar menuju pertumbuhan ekonomi 5 sampai 7 persen pada periode 2009 - 2014, jelas Paskah.

Dia juga tengah mengusulkan bagi perusahaan swasta yang sudah melaksanakan studi kelayakan awal, apabila biasanya saat tender mendapat kemudahan (previlage) sampai 10 persen akan ditingkatkan menjadi 20 persen. "Semata-mata usulan ini untuk menarik minat kerjasama pemerintah swasta terutama untuk menggarap proyek skala besar seperti Jembatan Selat Sunda," ujarnya.
sumber: http://www.tvone.co.id/berita/view/20175/2009/08/14/pembangunan_jembatan_selat_sunda_butuh_rp100_triliun/

13 Agustus, 2009

Planet Smash-Up Sends Vaporized Rock, Hot Lava Flying


ScienceDaily (Aug. 12, 2009) — NASA's Spitzer Space Telescope has found evidence of a high-speed collision between two burgeoning planets around a young star.
Astronomers say that two rocky bodies, one as least as big as our moon and the other at least as big as Mercury, slammed into each other within the last few thousand years or so -- not long ago by cosmic standards. The impact destroyed the smaller body, vaporizing huge amounts of rock and flinging massive plumes of hot lava into space.

Spitzer's infrared detectors were able to pick up the signatures of the vaporized rock, along with pieces of refrozen lava, called tektites.

"This collision had to be huge and incredibly high-speed for rock to have been vaporized and melted," said Carey M. Lisse of the Johns Hopkins University Applied Physics Laboratory, Laurel, Md., lead author of a new paper describing the findings in the Aug. 20 issue of the Astrophysical Journal. "This is a really rare and short-lived event, critical in the formation of Earth-like planets and moons. We're lucky to have witnessed one not long after it happened."

Lisse and his colleagues say the cosmic crash is similar to the one that formed our moon more than 4 billion years ago, when a body the size of Mars rammed into Earth.

"The collision that formed our moon would have been tremendous, enough to melt the surface of Earth," said co-author Geoff Bryden of NASA's Jet Propulsion Laboratory, Pasadena, Calif. "Debris from the collision most likely settled into a disk around Earth that eventually coalesced to make the moon. This is about the same scale of impact we're seeing with Spitzer -- we don't know if a moon will form or not, but we know a large rocky body's surface was red hot, warped and melted."

Our solar system's early history is rich with similar tales of destruction. Giant impacts are thought to have stripped Mercury of its outer crust, tipped Uranus on its side and spun Venus backward, to name a few examples. Such violence is a routine aspect of planet building. Rocky planets form and grow in size by colliding and sticking together, merging their cores and shedding some of their surfaces. Though things have settled down in our solar system today, impacts still occur, as was observed last month after a small space object crashed into Jupiter.

Lisse and his team observed a star called HD 172555, which is about 12 million years old and located about 100 light-years away in the far southern constellation Pavo, or the Peacock (for comparison, our solar system is 4.5 billion years old). The astronomers used an instrument on Spitzer, called a spectrograph, to break apart the star's light and look for fingerprints of chemicals, in what is called a spectrum. What they found was very strange. "I had never seen anything like this before," said Lisse. "The spectrum was very unusual."

After careful analysis, the researchers identified lots of amorphous silica, or essentially melted glass. Silica can be found on Earth in obsidian rocks and tektites. Obsidian is black, shiny volcanic glass. Tektites are hardened chunks of lava that are thought to form when meteorites hit Earth.

Large quantities of orbiting silicon monoxide gas were also detected, created when much of the rock was vaporized. In addition, the astronomers found rocky rubble that was probably flung out from the planetary wreck.

The mass of the dust and gas observed suggests the combined mass of the two charging bodies was more than twice that of our moon.

Their speed must have been tremendous as well -- the two bodies would have to have been traveling at a velocity relative to each other of at least 10 kilometers per second (about 22,400 miles per hour) before the collision.

Spitzer has witnessed the dusty aftermath of large asteroidal impacts before, but did not find evidence for the same type of violence -- melted and vaporized rock sprayed everywhere. Instead, large amounts of dust, gravel, and boulder-sized rubble were observed, indicating the collisions might have been slower-paced. "Almost all large impacts are like stately, slow-moving Titanic-versus-the-iceberg collisions, whereas this one must have been a huge fiery blast, over in the blink of an eye and full of fury," said Lisse.

Other authors include C.H. Chen of the Space Telescope Science Institute, Baltimore, Md.; M.C. Wyatt of the University of Cambridge, England; A. Morlok of the Open University, London, England; I. Song of The University of Georgia, Athens, Ga.; and P. Sheehan of the University of Rochester, N.Y.

07 Agustus, 2009

Install Windows XP dengan Flashdisk

nice info nih , dapet dari forum gan, hehee.
Sekarang ini banyak beredar notebook yang berukuran kecil/mini. Disamping lebih ringkas, juga lebih ringan untuk dibawa kemana-mana. ukurannya yang mini dan
kemampuannya yang dapat mengakomodasi kebutuhan berkomputer sehari-hari
menjadikan notebook jenis ini sebagai salah satu gadget yang sangat diminati, disamping
harganya yang lebih terjangkau, tentu saja.

Notebook mini ini kebanyakan tidak memiliki optical drive (CD atau DVD) seperti notebook kebanyakan,
akhirnya cara yang paling mudah adalah install menggunakan port USB, namun bagaimana caranya?.

berikut ini caranya :
Yang Harus Disiapkan:

1. Sebuah komputer yang dilengkapi optical drive (CD atau DVD) dan port USB yang dapat
bekerja dengan baik.
2. Sebuah USB flash disk berkapasitas 1 atau 2 GB.
3. CD instalasi Windows XP.
4. Aplikasi pembuat modul instalasi (USB_PREP8 dan PEtoUSB)
Download Link USB_PREP8
Download Link PEtoUSB
Langkah-langkah Pembuatan:

1. Tancapkan USB flash disk ke salah satu port USB. Ingat-ingat posisi drive-nya. Apakah
F:, G:, H:, dan sebagainya.

2. Saat Anda berada di posisi normal (desktop), masukkan CD instalasi Windows XP ke
optical drive. Jika komputer menjalankan proses instalasi secara otomatis, batalkan saja
dan tutup semua aplikasi yang tengah berjalan.

3. Unduh dan ekstrak aplikasi yang penulis berikan. Saran penulis, ekstrak seluruh isinya
ke sebuah folder, semisal C:\USB.

4. Selanjutnya, buka folder di mana Anda mengekstrak aplikasi modul pembuat instalasi,
kali ini kita ambil contoh C:\USB.

5. Jalankan file bernama “usb_prep8.bat” maka di layar monitor akan tampak jendela
Command Prompt berisi macam-macam perintah. Jika sudah muncul tulisan “Press any
key to continue,” tekan sembarang tombol untuk konfirmasi.

6. Di layar akan muncul jendela PEtoUSB yang meminta Anda memformat USB flash disk
Anda. Tak perlu mengubah setting apa pun, langsung klik Start untuk mulai proses
format. Jawab konfirmasi sesuai kebutuhan Anda.

7. Jika sudah selesai, tutup jendela PEtoUSB (jangan menutup jendela Command Prompt
yang tadi terbuka ketika Anda menjalankan usb_prep8.bat) , maka di layar akan muncul
opsi-opsi dari 0 hingga 5.

8. Gunakan opsi 1 untuk memilih sumber file instalasi yang nantinya akan disalin ke flash
disk. Disini, tentukan di drive mana Anda menyimpan instalasi Windows XP. Pilih saja
optical drive di mana sudah ada CD Windows XP di dalamnya, atau pilih folder pilihan
Anda jika Anda telah menyalin file instalasi Windows XP ke folder tertentu.

9. Pilih opsi 3 untuk menentukan di mana Anda mencolok flash disk. Kalau flash disk
Anda berada di drive F:, maka ketik F dan tekan ENTER. Jika drive G: maka ketik G dan
tekan ENTER, begitu seterusnya berlaku untuk drive lain.

10. Selanjutnya pilih opsi 4 untuk mulai proses pembuatan modul instalasi yang nantinya
akan disalin ke flash disk secara otomatis. Jawab apa pun konfirmasi yang muncul dengan
Y atau YES atau OK atau bentuk persetujuan lain.

Selesai! Kini flash disk Anda telah siap digunakan untuk instalasi Windows XP! Silahkan
melakukan setting pada BIOS subnotebook Anda, dan pilih Removeable Disk (atau apa pun
nama lainnya) sebagai media pertama yang dijalankan saat booting.
Mengingat teknik instalasi semacam ini juga tersedia di internet, Anda juga bisa
mencarinya via mesin cari. Selamat mencoba…!

Dikutip dari
detikinet.com

Long Debate Ended Over Cause, Demise Of Ice Ages? Research Into Earth's Wobble

ScienceDaily (Aug. 7, 2009) — Researchers have largely put to rest a long debate on the underlying mechanism that has caused periodic ice ages on Earth for the past 2.5 million years – they are ultimately linked to slight shifts in solar radiation caused by predictable changes in Earth's rotation and axis.
In a publication to be released Friday in the journal Science, researchers from Oregon State University and other institutions conclude that the known wobbles in Earth's rotation caused global ice levels to reach their peak about 26,000 years ago, stabilize for 7,000 years and then begin melting 19,000 years ago, eventually bringing to an end the last ice age.

The melting was first caused by more solar radiation, not changes in carbon dioxide levels or ocean temperatures, as some scientists have suggested in recent years.

"Solar radiation was the trigger that started the ice melting, that's now pretty certain," said Peter Clark, a professor of geosciences at OSU. "There were also changes in atmospheric carbon dioxide levels and ocean circulation, but those happened later and amplified a process that had already begun."

The findings are important, the scientists said, because they will give researchers a more precise understanding of how ice sheets melt in response to radiative forcing mechanisms. And even though the changes that occurred 19,000 years ago were due to increased solar radiation, that amount of heating can be translated into what is expected from current increases in greenhouse gas levels, and help scientists more accurately project how Earth's existing ice sheets will react in the future.

"We now know with much more certainty how ancient ice sheets responded to solar radiation, and that will be very useful in better understanding what the future holds," Clark said. "It's good to get this pinned down."

To make their analysis, the researchers used an analysis of 6,000 dates and locations of ice sheets to define, with a high level of accuracy, when they started to melt. In doing this, they confirmed a theory that was first developed more than 50 years ago that pointed to small but definable changes in Earth's rotation as the trigger for ice ages.

"We can calculate changes in the Earth's axis and rotation that go back 50 million years," Clark said. "These are caused primarily by the gravitational influences of the larger planets, such as Jupiter and Saturn, which pull and tug on the Earth in slightly different ways over periods of thousands of years."

That, in turn, can change the Earth's axis – the way it tilts towards the sun – about two degrees over long periods of time, which changes the way sunlight strikes the planet. And those small shifts in solar radiation were all it took to cause multiple ice ages during about the past 2.5 million years on Earth, which reach their extremes every 100,000 years or so.

Sometime around now, scientists say, the Earth should be changing from a long interglacial period that has lasted the past 10,000 years and shifting back towards conditions that will ultimately lead to another ice age – unless some other forces stop or slow it. But these are processes that literally move with glacial slowness, and due to greenhouse gas emissions the Earth has already warmed as much in about the past 200 years as it ordinarily might in several thousand years, Clark said.

"One of the biggest concerns right now is how the Greenland and Antarctic ice sheets will respond to global warming and contribute to sea level rise," Clark said. "This study will help us better understand that process, and improve the validity of our models."

The research was done in collaboration with scientists from the Geological Survey of Canada, University of Wisconsin, Stockholm University, Harvard University, the U.S. Geological Survey and University of Ulster. It was supported by the National Science Foundation and other agencies.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

AddThis

Share |