05 Mei, 2009

Prof.Dr.Ir.Roosseno (Bapak beton Indonesia)

Tanggal 2 Agustus 2008 merupakan momentum 100 tahun kelahiran Prof Dr (HC) Ir Roosseno. Predikat Bapak Beton Indonesia tepat diberikan kepada Roosseno
Prof. Dr. (HC) Ir. Roosseno (lahir 2 Agustus 1908 - meninggal 15 Juni 1996 adalah cendekiawan, politikus, ilmuwan dan guru besar Institut Teknologi Bandung. Ia pernah menjabat sebagai Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Perhubungan pada Kabinet Ali Sastroamidjojo I. Ia dijuluki sebagai Bapak Beton Indonesia dan dialah yang mengusulkan kepada Presiden Sukarno untuk membentuk Fakultas Teknik Universitas Indonesia sekaligus ditunjuk menjadi Dekan dari fakultas tersebut pada 17 Juli 1964. ”Sebagai insinyur muda, Roosseno selalu mengutamakan penggunaan beton untuk bangunan teknik sipil karena (ia) berpendapat 'raw material' beton mudah diperoleh di Indonesia sehingga harga bangunan dapat menjadi murah.” (Dr Ir FX Supartono, dalam Pembukaan Seminar Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia, Jakarta, 19 Agustus 2008)
Seminar tahunan Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia (HAKI) tahun 2008, telah menetapkan untuk memberi penghargaan kepada almarhum Prof R Roosseno Soerjohadikusumo dan mendedikasikan seminar ini untuk memperingati 100 tahun kelahirannya pada 2 Agustus silam.
Prof.Ir Roosseno adalah pelopor konstruksi beton di Indonesia. Ia juga guru yang baik di bidang ilmu beton, juga profesional dan nasionalis sejati yang selalu mengabdi dan berjuang bagi kemajuan bangsa dan Tanah Air-nya.
Riwayat lebih lengkap tentang Roosseno kini dapat didalami melalui dua buku yang terbit seiring peringatan 100 tahun kelahirannya, yaitu Cakrawala Roosseno karya Eka Budianta dan Roosseno—Jembatan dan Menjembatani (Editor Wiratman Wangsadinata dan G Suprayitno).Penulis lain, Ir. Wiratman dan Suprayitno menghadirkan visi seorang Roosseno, khususnya dalam bidang ilmu teknik, tetapi juga dalam bidang lain, termasuk dalam ilmu perdamaian (polemologi).
Kiprah dalam perkembangan rekayasa teknik, dalam hal ini teknik sipil, di Indonesia. dilakukan antara lain—dalam konteks waktu itu (1963), tatkala menjadi promotor Proklamator—disebut karya-karya teknik sipil yang di dalamnya ada peranan Bung Karno, yakni Gedung Pola, Kompleks Asian Games, Hotel Indonesia, Jakarta By-Pass, Masjid Istiqlal, dan Tugu (Monumen) Nasional. Roosseno dan teknik sipil
Sambil mengenang Roosseno, mau tak mau terkenang juga ilmu teknik sipil, yang sering didefinisikan sebagai disiplin teknik profesional yang berurusan dengan desain, konstruksi, serta pemeliharaan bangunan fisik dan lingkungannya. Di dalamnya termasuk jalan raya, jembatan, bendungan, terusan, dan gedung-gedung. Ini adalah bidang teknik yang paling tua setelah teknik militer dan memang sengaja didefinisikan demikian untuk membedakan dengan teknik militer. Ada yang menyebut, bidang ini berawal antara tahun 4000 dan 2000 sebelum Masehi di Mesir Kuno dan Mesopotamia, yaitu ketika manusia mulai berhenti menjadi makhluk nomaden dan ingin menetap di satu tempat. Karena itu lalu manusia memerlukan rumah. Dari tujuan awal yang simpel tersebut berikutnya lahir karya teknik sipil yang amat mengagumkan, bahkan di antaranya menjadi keajaiban dunia, seperti Piramida Mesir dan dari wilayah Nusantara sendiri Candi Borobudur. Pada abad ke-20, apa yang sering disebut sebagai keajaiban dunia juga kental bernuansa teknik sipil. Menurut Himpunan Insinyur Sipil Amerika (ASCE), karya-karya yang digolongkan keajaiban teknik sipil abad ke-20 adalah Terowongan Channel (Inggris-Perancis), CN Tower (Toronto), Empire State Building (New York), Golden Gate (San Francisco), Bendungan Itaipu (Brasil-Paraguay), Sistem Perlindungan Laut Utara Belanda, dan Terusan Panama. Keajaiban internasional tersebut memperlihatkan kemampuan masyarakat modern untuk mencapai puncak yang sebelumnya tak terjangkau. Capaian itu juga mencibir ucapan yang dikatakan sebelumnya ”Itu tak bisa dikerjakan” (ASCE, Situs www.ce.memphis.edu, 1996/1997). Himpunan di Amerika ini mendapatkan masukan dari pakar teknik terkemuka dari berbagai penjuru dunia untuk mempertimbangkan faktor-faktor seperti desain dan konstruksi yang belum pernah dikerjakan (pioneering), juga kontribusinya bagi kemanusiaan, serta tantangan-tantangan teknik yang berhasil diatasi. Karya-karya yang dipilih memang mengingatkan orang pada Tujuh Keajaiban Dunia masa lalu, yang melukiskan keterpesonaan manusia terhadap karya teknik yang tampaknya menerobos batas alam itu. Sementara keajaiban kuno hanya sedikit saja yang tinggal, keajaiban modern menampilkan warisan teknik sipil terhadap abad ke-20. Dalam perkembangan ilmu teknik sipil yang mengagumkan itulah Roosseno lahir, tumbuh, dan berkarya. Tentu apa yang sekarang berkembang sudah jauh berbeda dengan teknik sipil saat Roosseno hidup.
Namun, kalau harus meringkaskan, prinsip dasar beton masih tetap sama, kata FX Supartono. Unsur-unsurnya tetap semen, air, dan kerikil, hanya saja adonan jauh lebih baik dengan tambahan admixture yang membuat hasil lebih plastis. Pada masa lalu air harus banyak karena kalau tidak banyak adonan tak bisa dituang. Kini, air bisa dibuat lebih sedikit sehingga hasilnya lebih kuat.
Untuk soal kekuatan ini, pada masa Roosseno orang berbicara pada kekuatan 20 MPa (megapascal, atau satu juta pascal; satu pascal melambangkan kekuatan beton yang mampu menahan tekanan sebesar satu kilogram per cm persegi). Kini, angka tersebut sudah berlipat jauh. Namun, yang tidak kalah penting dari pencapaian fisik adalah warisan ilmu dan semangat dari Roosseno kepada generasi penerus. Semasa masih hidup, Bapak Konstruksi Beton kita ini dikenal bisa menjelaskan ilmu-ilmu yang sulit dengan cara penyampaian sederhana. Dengan itu, murid-murid diharapkan lebih terinspirasi lagi, dan semakin cinta mendalami teknik sipil. Sejak bekerka di Department van Verkeer en Waterstaat tahun 1935.Rooseno berhasil meyakinkan atasannya untuk mengutamakan penggunaan beton dalam pembangunan jembatan di Indonesia. Alasannya, bahan-bahan dasar beton, seperti pasir, batu pecah, semen, dan kayu perancah, dapat dibeli di Indonesia sehingga biaya pengadaannya akan masuk kantong dan menyesejahterakan rakyat.
Pada masa pendudukan Jepang, 1 April 1944 Roosseno diangkat menjadi guru besar (kyudju) bidang ilmu beton di Bandung Kogyo Daigaku. Lalu, sebagai orang swasta yang baru hijrah dari Yogyakarta ke Jakarta, tanggal 26 Maret 1949 ia diangkat menjadi guru besar luar biasa ilmu beton di Universiteit Van Indonesi, Faculteit van Technische Wetenschap di Bandung.

Taken from : kompas and other many source

2 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

AddThis

Share |